Tuesday, April 18, 2023
Musim Terburuk Mengintai, Mungkinkah Chelsea Dergradasi?
berita bola - Klub bermarkas di London barat ini sedang terjun bebas, dan mempunyai dua pilihan: fokus mengejar UCL atau menyelamatkan diri di EPL.
Kepulangan Frank Lampard ke Stamford Birdge diiringi dengan mimpi buruk, saat mereka dipaksa menelan kekalahan 2-1 dari Brihgton setelah tampil dominan.
Selepas kekalahan ke-12 di Liga Primer Inggris musim ini, suporter The Blues terlihat melampiaskan rasa frustrasi mereka kepada sang pemilik, Todd Boehly, yang menunjuk Lampard sebagai manajer sementara setelah memecat Graham Potter.
Pengusaha asal Amerika itu balik melakukan protes kepada fans dari boks jajaran direksi, sebuah pemandangan yang tidak pernah terlihat di bawah kepemimpinan Roman Abramovich yang sarat trofi selama 19 tahun. Itu menunjukkan situasi menyedihkan yang terjadi di klub, baik di dalam maupun di luar lapangan.
Hasil akhir membuat Chelsea duduk di urutan ke-11 klasemen sementara, tertinggal 17 poin dari tim urutan keempat Newcastle United setelah memainkan satu pertandingan lebih banyak, dan terpaut 35 poin dari pemimpin liga Arsenal.
Meski sudah menghabiskan lebih dari £300 juta untuk membeli pemain baru di bulan Januari, The Blues masih berada di jalur musim terburuk mereka di kasta tertinggi. Nama-nama bintang seperti Joao Felix, Enzo Fernandez, dan Mykhailo Mudryk berjuang untuk beradaptasi dengan kehidupan sepakbola Inggris.
Jika Lampard tidak dapat mengatasi kondisi mereka dengan cepat, Chelsea bisa berada dalam masalah serius dengan beberapa catatan yang tidak diinginkan bisa saja dipecahkan di akhir musim...
Perolehan poin terendah
Sepertinya sudah lama sekali. Masa jabatan Potter di Chelsea dimulai dengan awal yang menjanjikan, karena ia mencatatkan sembilan pertandingan tak terkalahkan setelah menggantikan Thomas Tuchel di kursi manajer pada September.
Rekor itu termasuk kemenangan 2-0 yang mengesankan di Aston Villa pada 16 Oktober, dengan dua gol dari Mason Mount membawa The Blues naik ke urutan keempat di klasemen sementara.
Itu ternyata berubah kebangkitan palsu. Chelsea hanya memenangkan empat pertandingan lagi sejak itu, rekor terburuk dari tim mana pun di divisi ini.
Tim besutan Lampard kini cuma mengoleksi 39 poin dengan tujuh pertandingan tersisa. Mereka harus bisa melewati target minimal 50 poin, atau The Blues akan masuk ke dalam bukur sejarah dengan alasan yang salah.
Chelsea belum pernah mengakhiri musim di bawah 50 poin, tetapi telah mencapai total rata-rata dua kali sebelumnya, yakni pada 2015/16 setelah era Jose Mourinho menyebabkan kembalinya Guus Hiddink, dan seperti mengulang musim 1995/96.
Gol paling minim
Pertahanan Chelsea bisa dibilang sangat rapuh pada musim ini, tapi permasalahan utama adalah penyelesaian akhir.
Tembakan Conor Gallagher yang membuka keunggulan atas Brighton di Stamford Bridge menjadi gol pertama yang dilesakkan Chelsea setelah lima laga di semua kompetisi. Namun itu diperoleh hanya karena faktor keberuntungan saja.
Tuan rumah mengakhiri pertandingan dengan catatan metrik untuk mengukur kemungkinan tembakan yang menghasilkan gol (xG) sebesar 0,75 dari delapan peluang. Sebaliknya, Seagulls justru mendapatkan 2,73 dari 23 kans mereka.
Untuk gambaran lebih jelasnya lagi, Kai Havertz saat ini menjadi pencetak gol terbanyak Chelsea di Liga Primer dengan tujuh gol - tiga lebih banyak dari rekan setim terdekatnya, Raheem Sterling.
Secara keseluruhan, Chelsea hanya berhasil mencetak 30 gol dalam 31 pertandingan, lebih sedikit dua gol dari Erling Haaland yang berhasil menjebol gawang lawan untuk juara bertahan Manchester City. Mereka masih jauh di belakang rekor terburuk sebelumnya dalam sejarah klub.
The Blues mencetak 46 gol pada musim 1995/96, dan tampaknya kegagalan terbaru mereka akan menciptakan rekor baru, terutama tanpa pemain nomor 9 murni di barisan depan.
Finis terendah
Musim 1995/96 menjadi titik terendah Chelsea, tapi torehan paling buruk di Liga Primer sepanjang masa pernah terjadi dua musim sebelumnya.
Optimisme sangat tinggi bermunculan ketika Glen Hoddle ditunjukan sebagai manajer-pemain menjelang musim 1993/94. Namun The Blues mengakhirinya di peringkat ke-14, dan memperpanjang dahaga trofi menjadi 24 tahun.
Saat itu liga masing diikuti 22 tim, dan Chelsea menuntaskan musim denhan 51 pooin dari 42 laga, atau setara dengan total poin per gim (PPG) terendah mereka di 1,214.
Saat ini, sangat mungkin skuad asuhan Lampard akan terjun lebih dalam. Mereka hanya unggul enam poin dari Bournemouth yang berada di urutan ke-14, yang telah memenangkan tiga dari empat pertandingan terakhir mereka. Saingan sesama London, West Ham, hanya terpaut dua poin di belakang, dan memiliki satu pertandingan lebih banyak.
Lampard masih mencari kemenangan pertama dari periode keduanya sebagai pelatih, tetapi sulit untuk melihat dari mana asalnya, dan mereka harus mencapai setidaknya 47 poin untuk menghindari jatuh ke level terendah PPG terbaru.
Degradasi
Catatan itu menimbulkan pertanyaan, apakah mungkin Chelsea terdegradasi dari Liga Primer untuk kali pertama? Jawabannya adalah ya, bila dilihat dari sisi perhitungan matematis.
Nottingham Forest yang berada di urutan ke-18 saat ini tertinggal 12 poin dari The Blues, dua angka di atas Leicester City, dan empat poin di atas juru kunci Southampton yang sekarang tampaknya sedang hancur.
Secara statistik Chelsea adalah tim terburuk keempat di liga dalam 20 pertandingan terakhir, hanya mengumpulkan 18 poin, dan hanya unggul atas Everton (17), Leicester (17), dan Southampton (12) yang membukukan total lebih rendah.
Itu adalah bentuk degradasi dari pasukan Lampard. Namun secara realistis, mereka harus menghindari penurunan yang tidak terpikirkan ke liga.
Bahkan jika Chelsea kehilangan poin di semua laga tersisa, akan menjadi kejutan besar jika mereka bisa finis di urutan ke-18, atau lebih rendah, mengingat fakta tim terakhir yang terdegradasi setelah mencapai 39 poin adalah Birmingham City pada 2010/11.
Anda harus mundur hampir satu dekade ke belakang untuk menemukan tim berikutnya yang turun dengan total poin lebih tinggi - dengan West Ham menjadi korban di bawah Glenn Roeder pada 2002/03.
Apa selanjutnya?
Chelsea masih berharap untuk menyelesaikan musim dengan kemenangan yang tidak terduga, dimulai pada leg kedua perempat-final Liga Champions melawan Real Madrid. Hanya saja, mereka memiliki jadwal pertandingan yang mengerikan di depan mata.
Kabar baiknya, jika mereka gagal membalikkan defisit agregat 2-0 di Stamford Bridge, The Blues akan bisa memfokuskan seluruh upaya mereka di Liga Primer.
Hanya saja, ada kabar buruk yang menyertai. Chelsea masih harus menghadapi empat besar, dan lima dari tujuh pertandingan tersisa mereka meladeni sembilan besar.
Pertama adalah Derbi London melawan Brentford yang sedang naik daun sebelum bertemu dengan pemburu gelar Arsenal di Stadion Emirates.
Mereka kemudian akan menjalani laga yang boleh dibilang cukup mudah, melawan Bournemouth dan Nottingham Forest. Kendati demikian, kedua klub itu juga masih berjuang untuk menyelamatkan diri. Tentunya itu berubah menjadi laga sulit.
Lampard akan berharap untuk setidaknya mendapatkan tiga atau empat kemenangan dari laga sisa itu sebelum Chelsea mengakhirinya di kandang Manchester City dan menjamu Newcastle, tim yang sedang berburu tiket ke Liga Champions. Kunjungan mereka ke Manchester United, yang sampai sekarang belum ada penjadwalan ulang, kemungkinan di gelar di antara kedua laga itu.
Situasi bisa menjadi lebih buruk bagi The Blues sebelum mereka menjadi lebih baik. Meskipun mereka akan mempertahankan status di Liga Primer, tidak ada seorang pun di klub yang dapat mengangkat kepala mereka di akhir musim penuh bencana.
Siapa pun yang menggantikan Lampard sebagai manajer permanen di musim panas nanti mempunyai pekerjaan besar di tangan mereka, dan tidak akan ada perbaikan cepat setelah satu tahun klub mengalami perubahan drastis, dan bukan untuk menjadi lebih baik.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment