berita bola - Kemenangan di Everton mungkin memperpanjang nafas Ole Gunnar Solskjaer, tapi problem besar Man United bakal sulit teratasi selama dia manajernya.
Kalau boleh jujur, kemenangan Manchester United atas Everton tadi malam sebetulnya tidak ada artinya.
Pun seandainya empat atau lima laga ke depan The Red Devils bakal sapu bersih pertandingan dengan raihan tripoin. Sebab, permasalahan yang sedang dihadapi mereka bukanlah soal menang atau kalah.
Kekalahan memalukan di Liga Champions dari tim yang jelas levelnya berada di bawah mereka, Istanbul Basaksehir, merupakan titik paling kritis bagi sang manajer Ole Gunnar Solskjaer.
Bagaimana bisa membiarkan pemain 35 tahun, Demba Ba, merusak strategi bermain Ole? Gol pembuka yang lantas memantik kepercayaan diri tim asal Turki ini untuk kemudian mencetak gol berikutnya dan meraih kemenangan 2-1.
Laga tengah pekan lalu bisa dibilang momen 'mengerikan' bagi Ole, momen yang menampakkan seolah para pemain profesional tak lebih dari skuad U-11!
Ada begitu banyak manajer yang hanya ingin bermain cantik, menyerang dan menyerang tanpa mau menerima bahwa bertahan adalah bagian dari permainan sepakbola.
Ole seakan tidak memberi tanggung jawab para pemainnya untuk menjalankan struktur defensif yang ditetapkan, untuk selalu padu, untuk menjaga komunikasi satu sama lain. Fakta bahwa kiper Dean Henderson nyaris sampai ke tengah lapangan di laga Basaksehir adalah pemandangan yang membingungkan. Kemana lini belakang United?
Atraksi luar biasa dari sang veteran Ba berjalan cukup elegan, mengambil bola lalu berlari dengan cepat untuk mencetak gol tanpa ada satu pun barisan palang pintu United bisa menghentikannya.
Seyogyanya, ada satu pemain memiliki keinginan kuat untuk bertahan atau paling tidak pemain-pemain tertentu memahami dirinya punya tugas untuk menghadapi aspek terlemah dalam tim. Tapi di United hal itu tidak ada, dan Ole tampak gagal memberikan tanggung jawab tersebut pada anak asuhnya.
Tidak selamanya memang United polesan Ole bermain bak anak ayam kehilangan induk, kemenangan 2-1 atas PSG atau 5-0 kontra RB Leipzig misalnya. Tapi Hasil negatif di Istanbul memberi gambaran nyata, tim di bawah komando Ole sulit dipercaya.
Pasalnya, Basaksehir adalah tim debutan di liga Champions. Kekalahan menghadapi "tim kemarin sore" di kompetisi elite Eropa haram hukumnya terjadi. Ini aib!
Ole gagal memantik spirit para pemainnya untuk menjadikan laga Basaksehir sebagai momentum untuk bangkit pascakekalahan menyakitkan 1-0 dari Arsenal. Bagaimanapun, Ole memerlukan komitmen dari pemainnya, bukan di satu-dua laga, tapi sepanjang musim.
Mikel Arteta di Arsenal barangkali bisa menjadi contoh, bagaimana pria Spanyol itu merakit ulang masa keemasan tim di bawah Arsene Wenger, mencoba memainkan sepakbola 5 vs 5 di lapangan 11 pemain. Skuad The Gunners memperlihatkan komitmennya dengan sempurna di bawah mantan asisten Pep Guardiola itu.
Sepakbola akan selalu berbicara tentang bagaimana menemukan keseimbangan antara menyerang dan bertahan. Ketika Anda tidak bisa menjalankan keduanya, Anda tidak akan memenangkan apa pun.
United adalah klub terbesar Inggris, salah satu kekuatan Eropa, memiliki sejarah hebat, para pemain yang menghuni starting XI mereka akan menghasilkan uang yang sangat besar, tetapi memberi kebebasan bagi lawan dalam sebuah pertandingan adalah hal yang memalukan.
Banyak tim di Liga Primer mengabaikan sisi pertahanan sebagai bagian dari permainan, mungkin juga ini terjadi di belantika sepakbola Eropa. Tapi untuk klub sekaliber United, form is temporary class is permanent!
Ole mungkin hanyalah salah satu, tapi dari sekian manajer yang bekerja di Theatre of Dreams sejak kepergian Sir Alex Ferguson, United sejatinya tidak berada dalam arah yang tepat untuk melanjutkan kejayaan yang telah ditinggalkan The Hairdryer
Hari ini, Ole bisa bernafas lega karena baru saja mengantarkan kemenangan 3-1 bagi timnya saat bentrok dengan Everton, meski sempat tertinggal lebih dulu. Namun berbicara jangka panjang, cuma ada satu cara bagi United untuk bisa maju: "Ole, kami mencintaimu, tapi kami akan dengan senang hati membiarkan Anda pergi."
Jangan lupa, tim yang mendominasi kancah sepakbola Inggris selama betahun-tahun memulai laga akhir pekan ini di posisi ke-15 klasemen Liga Primer.
Tampaknya, sekarang saat yang tepat bagi Ed Woodward untuk menelepon mantan manajer Tottenham Hotspur Mauricio Pochettino. Jika tidak, maka kemunduran United akan berlanjut.
No comments:
Post a Comment