Sunday, May 19, 2024

'Neverkusen' Jadi 'Neverlusen'! Perjalanan Xabi Alonso Berikan Bundesliga Perdana Untuk Bayer Leverkusen Tanpa Terkalahkan


 berita bola - Xabi Alonso baru saja mengukir sejarah, menyulap tim yang berkubang di zona degradasi menjadi juara tak terkalahkan dalam kurun 18 bulan!

Reiner Calmund, mantan direktur olahraga Bayer Leverkusen, pernah berkata bahwa di dunia sepakbola yang kejam dan tak kenal ampun ini, "Kalian tidak ada harganya tanpa sebuah gelar." Ironisnya, timnya tidak punya. Mereka bahkan punya julukan di Jerman: 'Vizekusen', yang secara harfiah berarti 'Kusen Si Kedua'. Namun, di skala global, Bayer lebih dikenal dengan julukan 'Neverkusen', pesakitan abadi sepakbola Jerman, yang rasa-rasanya dikutuk tak bisa lepas dari masa lalu yang memilukan.

Dalam kurun enam musim semenjak milenia baru, Leverkusen finis sebagai runner-up empat kali. Pada 2000, mereka membuang gelar yang sudah dalam rengkuhan padahal hanya membutuhkan hasil imbang di pekan pemungkas, melawan SpVgg Unterhaching, klub yang namanya lebih dikenal atas prestasinya di cabang bobsleigh (kereta selusur). Dua tahun kemudian, pada 2001/02, Bayer kembali lumat di bawah tekanan, kalah dua kali di tiga laga terakhir sehingga gelar Bundesliga menjadi milik Borussia Dortmund.

Tapi, nestapa Leverkusen tak selesai di sana. Hanya sepekan setelah patah hati di liga, mereka dikalahkan Schalke 4-2 di final DFB-Pokal. Empat hari berselang, Bayer dikalahkan Real Madrid di final Liga Champions, menjadi korban gol magis Zinedine Zidane.

Klaus Toppmoller, manajer Die Werkself saat itu, menyiapkan pesta anggur dan cerutu setelah secara mengejutkan mengalahkan Manchester United di semi-final. Tapi di final di Glasgow, pesta tersebut berubah menjadi mimpi buruk setelah tim hebat berisikan pemain-pemain besar seperti Lucio, Michael Ballack, dan Ze Roberto harus menutup musim dengan tangan kosong. Sebuah penderitaan yang paripurna.

"Saya bangga atas apa yang kami capai musim ini, tapi kami bermain dengan sangat keras dan rasanya sakit sekali harus berakhir tanpa hasil," katanya kepada wartawan. "Kekecewaannya besar sekali - di sepakbola, Anda memang tak selalu mendapatkan ganjaran yang pantas Anda dapatkan, dan tak ada yang lebih tahu soal itu dari kami setelah apa yang kami lalui. Apa yang terjadi sulit untuk diterima dan membuat kami merasa pahit."

Leverkusen finis runner-up lagi pada musim 2010/11, untuk kali kelima dalam sejarah mereka, meski setidaknya saat itu tak ada peristiwa kolaps di saat-saat terakhir seperti treble neraka musim 2001/02. Kendati demikian, nama 'Neverkusen' terlanjur melekat, dan menadi bagian dari identitas mereka.

Bayer Leverkusen tidak berhenti melahirkan pemain kelas dunia, tetapi kesuksesan selalu jauh dari rengkuhan. "Selalu ada kualitas di Leverkusen," sesal Ballack dalam wawancara bersama 11Freunde, "tetapi selalu saja ada sesuatu yang hilang."

Ternyata, "sesuatu" tersebut adalah Xabi Alonso, yang baru saja mempersembahkan gelar pertama Bundesliga dalam sejarah klub bagi Leverkusen - tanpa terkalahkan pula, menyulap 'Neverkusen' menjadi 'Neverlusen'.

"Berani taruhan, dia pasti bagus!"

Pada hari Xabi Alonso mengakhiri karier legendarisnya sebagai pemain, Pep Guardiola, yang melatihnya di Bayern Munich, menyesali kepergian "salah satu gelandang terbaik" yang pernah ia lihat itu. Tetapi, ia langsung menenteramkan hati publik sepakbola dengan berkata: "Dia akan segera kembali sebagai manajer, dan ke mana pun dia melatih, saya berani taruhan pasti dia bagus!"

Alonso tak cuma memenuhi ekspektasi Guardiola; ia melebihinya. Bagaimana tidak? Ketika ditanya soal kinerja bekas anak asuhnya di Leverkusen, manajer Manchester City itu hanya tersenyum, berhenti sejenak, dan cuma mengucapkan satu kata: "Wow!"

Sementara itu, Jurgen Klopp melabeli Alonso sebagai sosok paling "menonjol" di antara juru taktik kelas wahid generasi baru. Tak heran Liverpool mencoba merekrutnya sebagai suksesor Klopp, dan Bayern ingin dia membereskan kekacauan yang akan ditinggalkan Thomas Tuchel di Allianz Arena begitu hengkang musim panas nanti. Mengingat Alonso sudah memutuskan untuk bertahan di BayArena untuk setidaknya semusim lagi, Real Madrid sepertinya akan mencoba menggeretnya ke Santiago Bernabeu pada musim panas 2025. Saat ini, tak ada manajer sepakbola yang lebih diinginkan dibanding Xabi Alonso.

Maka menjadi lucu, ketika mengingat bahwa tak sedikit yang meragukan kelayakan Alonso ketika Leverkusen yang tengah terseok-seok merekrutnya pada Oktober 2022.

"Harus dihormati"

"Kami berada dalam situasi sulit dan melihat sosok bintang dunia dalam diri Xabi, tetapi juga sosok pelatih kurang pengalaman yang belum pernah melatih tim besar," ucap direktur olahraga Leverkusen SImon Rolfes menyoal bekas pelatih Real Sociedad B itu. "Kendati demikian, saya sejak awal percaya pada kemampuannya - dan Xabi percaya pada kualitas skuad kami."

Tapi yang terpenting, semua pemain langsung percaya pada sang pelatih. Sepertinya menjadi seorang pemenang di masa bermainnya berperan penting merebut hati anak asuhnya.

"Anda harus menghormatinya karena dia sudah memenangkan segalanya," ucap Jeremie Frimpong kepada Associated Press. "Dia memenangkan segalanya: Liga Champions dan Piala Dunia. Sebagai seorang pesepakbola, memiliki manajer seperti yang kami miliki ini, kami sangat bersyukur. Dan dia tahu cara menggunakan tim ini. Dia mengetahui kemampuan kami, kelemahan kami."

Dan benar saja. Potensi Leverkusen memang cukup kentara seiring kesuksesan mereka mendaki klasemen dari peringkat dua terbawah ke peringkat enam di musim 2022/23, tapi Alonso tak memungkiri bahwa timnya butuh bantuan. Dengan begitu banyak pemain potensial, dia memiliki calon skuad hebat, tetapi dia membutuhkan bintang-bintang berpengalaman yang sudah teruji mental dan kualitasnya.

Tak heran musim panas kemarin dia menyambut Granit Xhaka dari Arsenal dengan tangan terbuka, sembari memboyong winger veteran Jonas Hoffman gratisan dari Hoffenheim, serta Alex Grimaldo, yang nirtrofi selama tujuh musim di Benfica. Alonso juga sadar bahwa skuadnya kekurangan No. 9 subur, dan untuk mengisi lubang itulah Victor Boniface didatangkan dari Union Saint-Gilloise.

Total, Leverkusen berbelanja pemain baru senilai €90 juta, namun pengeluaran bersih mereka cuma €20 juta, setelah penjualan pemain terbaik mereka, Moussa Diaby, ke Aston Villa menutup hampir 2/3 pemasukan musim panas.

Hebatnya lagi, hampir semua rekrutan di musim 2023/24 masuk ke kategori sukses.

Maksimalkan skuad

Boniface cuma mencetak sembilan gol di musim 2022/23 di Belgia, tapi bomber Nigeria itu adalah striker sempurna untuk menjadi ujung tombak formasi 3-4-2-1 Alonso. Ia terlibat dalam 24 gol, 16 gol ia cetak sendiri, sebelum cedera menginterupsi musimnya di Bulan Desember.

Kehilangan pemain andalan bisa melumpuhkan tim biasa (bayangkan sejelek apa Bayern Munich tanpa Harry Kane) tapi Leverkusen tim luar biasa, dan mereka menemukan cara untuk terus menang, dengan winger Amine Adli menjelma sebagai alternatif yang mumpuni di ujung formasi.

Alonso dengan piawai menggunakan seluruh anggota skuadnya di Liga Europa. Striker Republik Ceko Patrik Schick perlahan tapi pasti menemukan ritmenya kembali sebelum Boniface kembali dari cederanya dan ikut meledak.

Bek Josip Stanisic dan winger Nathan Tella juga mendapat manfaat besar dimainkan di Eropa, sehingga berkembang menjadi opsi starter yang solid di Bundesliga.

Puncak kekuatan

Bintang-bintang yang lebih senior juga unjuk gigi seiring kampanye Bayer di tiga kompetisi, mencapai final Liga Europa dan DFB-Pokal sembari menguasai Bundesliga tanpa bisa dikudeta.

Xhaka bisa dibilang breada di puncak kariernya bareng gelandang energi Argentina Exequiel Palacios. Sementara itu Grimaldo menjadi pemain Leverkusen yang paling sering tampil musim ini, dan bersama Frimpong menjadi duet wing-back paling produktif di dunia (jika digabung mereka memiliki kontribusi 53 gol!).

Setelah mengawali musim ini dengan on-fire, kinerja Hoffman sedikit meredup beberapa bulan terakhir ini, tapi ia kembali ke puncak performanya di penghujung musim dan menyumbang delapan gol serta sembilan assist - hanya Grimaldo dan Florian Wirtz si bocah ajaib yang menciptakan lebih banyak peluang dibanding Hoffman untuk Leverkusen.

Sementara itu, performa Wirtz benar-benar bikin geleng-geleng kepala. Bukan rahasia lagi bahwa Wirtz adalah sesosok bakat spesial, tapi bintang 20 tahun itu boleh dibilang No. 10 terbaik di Eropa saat ini. Selain mencetak 18 gol, dia juga menciptakan 19 gol - dua assist lebih banyak dibandingkan pemain mana pun di lima liga top Eropa. Tak heran Leverkusen menjadi salah satu tim tergacor di Eropa (cuma Manchester City yang mencetak lebih banyak gol liga musim ini).

"Selalu bekerja"

Tapi, salah satu kunci terpenting pesatnya kebangkitan Leverkusen adalah peningkatan gila-gilaan di lini pertahanan. Alonso mewarisi lini belakang yang keropos dari Gerardo Seoane, lini belakang yang secara rata-rata kemasukan dua gol setiap laganya. Namun, alih formasi ke skema tiga bek terbukti genius, membangkitkan karier Jonathan Tah yang kini kembali ke skuad Jerman, serta jauh meningkatkan level Edmond Tapsoba, Odilon Kossounou, dan Piero Hincapie.

Hasilnya, Leverkusen adalah tim teralot di Jerman. Mereka cuma kemasukan 23 gol musim ini, 18 gol lebih sedikit dibandingkan Bayern Munich di peringkat ketiga, dan Tah berkata bahwa transformasi ini semua berkat Alonso.

"Pak pelatih selalu bekerja, berusaha memperbaiki ini bersama kami para pemain bertahan," ucap bek sentral Jerman itu kepada Die Zeit. "Dia bukan tipe orang yang berdiri di pinggir lapangan, diam saja, dan menyaksikan. [Dia mengintervensi, tak peduli semenonjol apa pemain itu. Tak banyak pelatih yang bisa begitu, itu karena mereka tak sejago bermain bola seperti dirinya!"

"Hubungan dulu baru taktik"

CEO Leverkusen Fernando Carro juga memuji bagaimana "pendekatan yang teliti, analitis, dan penuh percaya diri" yang digunakan Alonso diterima oleh para pemain. Tapi jika melihat komentar-komentar mereka, tak perlu diragukan lagi bahwa kemenangan bersejarah Leverkusen ini lebih dari sekadar mengikuti instruksi bapak manajer. Meminjam kata-kata Alonso sendiri, "Pelatih yang punya ide dan para pemain harus percaya padanya. Inilah kenapa hubungan antar-manusia dulu baru taktik."

Uniknya, Grimaldo mengaku ia dan rekan-rekannya selalu "santai dan tenang", tak peduli apa situasinya, berkat rasa percaya diri yang berhasil Alonso tanamkan pada tubuh skuad Leverkusen. Itulah mengapa Die Werkself menjadi satu-satunya tim yang masih tak terkalahkan di Eropa musim ini. Mereka rutin mendominasi lawan, tapi tak jarang didominasi, sehingga terciptalah serangkaian comeback dramatis.

Adli bahkan sempat mengakui, "Kami selalu merasa kami tidak akan kalah." Dan ramalan tersebut tepat adanya. Tim yang dahulu tak bisa menang ini sekarang menjadi tim yang tak bisa dikalahkan. Mereka baru saja menyempurnakannya dengan mengukir sejarah sebagai tim tak terkalahkan pertama di Bundesliga, dan sekarang hanya berjarak dua kemenangan saja dari sebuah treble historis. Leverkusen akan menjumpai Atalanta di final Liga Europa di Dublin, Kamis (23/5) besok, sebelum ditantang Kaiserslautern di partai puncak DFB-Pokal akhir pekan depan.

Mereka penuh percaya diri bisa menuntaskan dua laga itu dengan kemenangan. Mereka punya "jiwa", kalau meminjam kata Alonso, dan keyakinan penuh pada sepakbola mereka. Rasa takut yang selalu menghantui Leverkusen ke mana pun mereka pergi kini tergantikan keberanian dan sensasi tak terhindarkan bahwa mereka akan mengukir sejarah.

"Sudah lama sekali saya tak melihat tim yang begitu pedenya ketika menguasai bola, penuh tekad, cepat, dan hebat secara taktis," ucap Toppmoller yang penuh rasa bangga beberapa waktu lalu. "Bekas klub saya akhirnya berkesempatan untuk menanggalkan nama Vizekusen."

Mereka sudah berhasil menanggalkannya, mengakhiri dinasti Bayern Munich di Liga Jerman. Kutukan itu telah terpatahkan, dan mereka punya julukan baru. Tak ada lagi 'Neverkusen'. Hanya 'Neverlusen'. Bayer punya gelar yang sebenar-benarnya gelar sekarang: Kampiun Bundesliga 2023/24. Sebuah gelar yang akan abadi dalam lembaran sejarah sepakbola.

No comments:

Post a Comment