Wednesday, June 7, 2023

Sepuluh Tahun Karir Neymar Di Eropa: Kesuksesan Sekaligus Kekecewaan


 berita bola - Pada awal Juni 2013 Neymar tiba di Barcelona untuk mewujudkan impian besar: berparade di lapangan Eropa dengan mengenakan seragam biru dan merah, yang dalam beberapa dekade sebelumnya telah membuat deretan pemain Brasil menjadi bintang dunia. Di saat orang masih bertanya-tanya siapa yang terbaik di dunia antara Messi dan Cristiano Ronaldo, di tahun 2013 disebut ada penerus mereka sebagai bintang sepakbola terbesar. Dia adalah anak muda berbakat yang baru saja menjadi nomor 10 tim nasional Brasil.

Sepuluh tahun kemudian, skenario ternyata berbeda dari perkiraan. Sejarah Neymar di Benua Biru dibagi antara Barcelona dan PSG. Jika film dokumenter 'Neymar: the Perfect Chaos' (Netflix) menampilkan sang bintang yang menyamar sebagai pahlawan Batman dan Joker yang jahat, jersi Catalan melambangkan sebagian besar kesuksesannya, sedangkan seragam PSG lebih dikaitkan dengan kekecewaan. Semuanya meninggalkan perasaan mantan bintang Santos itu sebetulnya bisa mencapai ketinggian yang lebih dibandingkan yang dia peroleh sejauh ini.

Kesuksesan di Barcelona

Neymar yang diperkenalkan Barcelona telah berjanji akan membantu Messi untuk terus menjadi yang terbaik di dunia. Tidak butuh waktu lama baginya untuk membawa jawaban itu ke lapangan. Kerja sama dengan bintang Argentina tersebut tercipta alami, mudah, dan menciptakan ikatan persahabatan yang masih bertahan sampai sekarang. Dengan kedatangan Luis Suarez pada tahun 2014, trio penyerang MSN tercatat dalam sejarah sebagai salah satu yang terbaik sepanjang masa.

Pemain Brasil itu bermain untuk Barcelona hingga 2017, dan dianggap sebagai idola. Memang, terlepas dari 105 gol dan 59 assist-nya, dia telah membantu klub memenangkan setiap gelar, yang mungkin daftarnya cukup panjang, termasuk Liga Champions 2014/15 (dengan gol di fase knockout dan di final menang melawan Juventus), dua LaLiga, tiga Copa del Rey, dan satu Piala Dunia Antarklub.

Di bawah bayang-bayang Messi

Namun kepergiannya ke PSG sebelum dimulainya musim 2017/18 mendatangkan kesedihan bagi pengidola bintang Barcelona ini. Klub Catalan itu tidak ingin menjual sang pemain, tetapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa ketika uang dari Qatar melebihi klausul pelepasan yang ditetapkan. Jika ada yang bisa menolak, itu adalah Neymar. Tetapi pada saat itu, sang striker ingin menjadi protagonis hebat dari sebuah tim. Comeback bersejarah Barca atas PSG beberapa bulan sebelumnya di babak gugur Liga Champions, telah membuktikan kepadanya hal itu tidak mungkin terjadi di Camp Nou. Wilayah ini hanya tercerahkan oleh Messi, dan pemain Brasil itu ingin 'keluar dari bayang-bayang superstar Argentina'.

Gagal menjadi raja Parc des Princes

Sebagai bagian dari target Neymar, PSG memang terlihat sebagai pilihan terbaik. Di Kota Cahaya Paris tidak akan ada bayangan baginya, dan seluruh proyek yang dibiayai oleh Qatar akan dibentuk berdasarkan bakatnya. Tujuannya sama: memenangkan Liga Champions, sebuah impian besar Paris Saint-Germain. Jika Neymar berhasil, dia akan menjadi kandidat untuk gelar pemain terbaik di dunia. Namun karir pemain Brasil, yang sebelumnya memiliki masa-masa indah, justru lebih diwarnai dengan kekecewaan dan kontroversi.

Dalam beberapa bulan pertamanya, Neymar berselisih secara kanak-kanakan dengan Edinson Cavani, yang merupakan tolok ukur tim sebelum kedatangannya, untuk menunjukkan dialah yang mengambil penalti untuk tim. Kemudian cedera mulai menyerang, dan mencegahnya untuk mengambil bagian dalam fase gugur penting di Liga Champions. Kehidupan pribadinya juga menjadi sorotan, terutama setelah ia menyerang suporter Rennes menyusul kekalahan di Coupe de France pada 2019. Lebih buruk lagi, dengan terang-terangan mencoba kembali ke Barcelona setelah tahun keduanya di Prancis. Tak pelak, Neymar menjadi incaran hinaan dari suporter PSG. Tiba saatnya mereka mulai meragukan perannya dalam tim.

Tak sesuai harapan

Hawa segar sempat menghampiri Neymar di PSG yang bisa menjadi momen terbesarnya pada 2019/20, ketika dia hampir berhasil membawa klub meraih gelar Liga Champions yang telah lama diimpikan. Namun PSG kalah di final melawan Bayern Munich, dalam pertandingan yang dimainkan dalam stadion tertutup akibat pandemi COVID-19.

Sejak itu, Neymar tampaknya telah kalah dalam pertempuran internal dengan timnya: protagonis tim sekarang tidak diragukan lagi adalah Mbappe (yang juga pernah berselisih dengan Ney). Bayangan Messi tidak lagi mengganggunya, dan mereka bermain selama dua musim bersama di Parc des Princes. Liga Champions tetap menjadi tujuan yang harus dicapai, dan cedera terus-menerus tetap menjadi siksaan utama bagi Neymar sejak kedatangannya di Prancis, sehingga membuatnya kehilangan sejumlah pertandingan menentukan di kompetisi Eropa.

Setelah sepuluh tahun di Eropa, Neymar gagal menjadi pewaris takhta Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo. Di usia 31 tahun, statusnya sebagai pemilik nama besar di tim Brasil terancam dengan kebangkitan Vinicius Junior. Neymar meraih gelar, memiliki beberapa momen yang luar biasa, terutama di Barcelona, tetapi kontroversi, cedera, dan kegagalan PSG dalam satu-satunya misi yang mungkin menunjukkan harapan tidak terpenuhi. Baik Batman maupun Joker, pahlawan dan penjahat, sepuluh tahun Neymar di Eropa juga ditandai dengan ekstrem: kesuksesan dan kekecewaan.

Capaian Neymar di Eropa

    Juara bersama Barcelona: Piala Super Spanyol, LaLiga (2), Copa del Rey (3), Liga Champions, Piala Dunia Antarklub.

    Juara bersama PSG: Ligue 1 (5), Piala Prancis (3), Piala Liga (2), Piala Super Prancis (3).

Torehan individu

    105 gol dan 59 assist dalam 186 pertandingan Barcelona.

    118 gol dan 70 assist dalam 173 pertandingan PSG.

    Total 223 gol dan 129 assist dalam 359 pertandingan.

No comments:

Post a Comment