berita bola - Teknologi VAR sudah banyak digunakan di seluruh dunia, tetapi di sisi lain juga mengundang banyak kontroversi.
Video Assistant Referee (VAR) akan diperkenalkan di Liga Primer Inggris musim depan, dan akan menjadi salah satu perubahan paling signifikan sekaligus kontroversial di Inggris selama beberapa waktu.
Sepakbola pada umumnya enggan merangkul teknologi, jika dibandingkan dengan olahraga lain. Olahraga seperti tenis, rugby, dan kriket telah menggunakan video tayangan ulang atau teknologi ‘hawk-eye’ selama beberapa tahun, namun sepakbola selalu menolak.
Teknologi garis gawang terlambat diperkenalkan pada 2012, setelah serangkaian kesalahan di turnamen-turnamen besar, terutama gol hantu Frank Lampard melawan Jerman di Piala Dunia 2010. Meski begitu, sekarang itu sudah menjadi bagian permanen dari permainan.
Bukti awal telah menunjukkan periode penyesuaian yang cukup lama akan diperlukan sebelum kita dapat mengatakan hal yang sama tentang VAR.
Dewan Asosiasi Sepakbola Internasional (IFAB) mengatakan bahwa VAR ada untuk memastikan kesalahan yang sangat jelas, dan insiden serius yang luput dari wasit. Keputusan yang dapat ditinjau telah dipecah menjadi empat kategori, yaitu keputusan gol, hukuman penalti, kartu merah langsung, dan identitas yang salah.
Para wasit di ruang VAR dapat memeriksa setiap keputusan yang termasuk dalam kategori tersebut. Jika mereka menemukan kemungkinan kesalahan yang jelas, mereka kemudian akan mengabarkan wasit di lapangan melalui headset.
Wasit kemudian dapat membatalkan keputusan, mengabaikan saran, atau melakukan tinjauan langsung di lapangan dengan menggunakan monitor di sisi lapangan untuk meninjau keputusan.
Setelah serangkaian uji coba di Belanda dan Amerika Serikat, A-League Australia menjadi liga pertama yang mengadopsi teknologi pada April 2017. Major League Soccer dan Piala Konfederasi di Rusia menyusul pada akhir tahun yang sama.
Bundesliga dan Serie A adalah liga besar Eropa pertama yang memperkenalkan teknologi tersebut menjelang musim 2017/18, dan pada Maret 2018 IFAB mencatat VAR ke dalam undang-undang permainan secara permanen. Kemudian pada bulan yang sama Piala Dunia 2018 juga dipastikan menggunakan VAR. Sementara itu La Liga mulai menggunakan pada 2018/19, dan begitu juga dengan tahap-tahap akhir Liga Champions dan Liga Europa musim lalu.
Sepakbola Inggris lebih lambat untuk sepenuhnya merangkul VAR, dan baru mengadakan serangkaian uji coba di Piala Liga dan Piala FA. Namun, pada November 2018 klub-klub Liga Primer menyetujui untuk memperkenalkan teknologi tersebut pada musim 2019/20, bergabung dengan 26 liga domestik lainnya di seluruh dunia.
VAR berhasil menyelesaikan tugas utamanya untuk mengoreksi keputusan yang secara jelas salah. Namun, itu juga menciptakan serangkaian masalah lain karena permainan ini berjuang untuk menyesuaikan diri dengan teknologi yang baru, terutama berkaitan dengan lambatnya tempo pertandingan dan kebingungan yang ditimbulkan saat keputusan sedang ditinjau.
IFAB berharap pesan yang disampaikan layar lebar di stadion dapat membuat para penggemar mendapat informasi mengenai apa yang terjadi.
Kemudian terjadi insiden yang mengorbankan Skotlandia di Piala Dunia Wanita 2019, ketika penjaga gawang Lee Alexander menyelamatkan penalti, tetapi eksekusi harus diulang karena wasit melihat tayangan ulang yang memperlihatkan kaki Alexander lebih dulu melewati garis sebelum bola ditendang. Argentina kemudian berhasil mengeksekusi tendangan penalti ulang, dan menyamakan skor menjadi 3-3, sekaligus memastikan Skotlandia tersingkir.
Sejak saat itu, telah dikonfirmasi bahwa keputusan-keputusan tendangan penalti akan tetap diserahkan kepada pengadil di lapangan pada Liga Primer musim depan. Penyesuaian yang disambut baik, tetapi itu juga membuktikan bahwa sepakbola masih mencari cara terbaik untuk menggunakan VAR secara efektif.
Perubahan itu juga terlalu kecil, terlalu lambat untuk Skotlandia, tentu saja, dan kemungkinan akan ada banyak keputusan yang lebih kontroversial sebelum VAR benar-benar terasa seperti bagian utuh dari permainan.
No comments:
Post a Comment