Thursday, December 9, 2021
Kemerosotan Barcelona: Singkat, Menyakitkan, Memalukan
berita bola - Dari kesuksesan dengan pencapaian dua trigelar belum lama ini lalu anjlok ke Liga Europa, Barca tidak lagi di antara tim elite Eropa.
Untuk kali pertama dalam lebih dari dua dekade, Barcelona gagal lolos dari fase grup Liga Champions. Kini, fans Blaugrana mesti terbiasa dengan perasaan tidak lazim untuk menonton laga pada Jumat dini hari WIB, dalam kompetisi yang belum pernah dilakoni klub kesayangannya sejak berganti nama menjadi Liga Europa.
Tentu, akan terjadi banyak perubahan di kubu Barca. Pelatih baru, Xavi, melihat skala perombakan tim yang dibutuhkan terungkap pada Rabu malam waktu setempat di Allianz Arena.
Mungkin malam tadi bisa jadi malam terakhir Barca di Eropa untuk beberapa waktu. Maklum, mereka kini harus berjuang ekstra untuk finis di empat besar di LaLiga dan lolos ke Liga Champions musim depan.
Kekalahan 3-0 dari Bayern Munich menjadi pukulan teraktual. Klub Katalunya ini menuai apa yang telah mereka tabur selama beberapa musim terakhir, dengan pelaku utamanya adalah mantan presiden Josep Maria Bartomeu. Bagaimana Barca bisa jatuh sejauh ini? "Manajemennya, sesederhana itu," kata Gerard Pique.
Bartomeu membawa klub ke jurang krisis keuangan, ekonomi, dan institusional dan itu memburuk sekarang, dengan bujet klub memperhitungkan pendapatan untuk lolos ke perempat-final Liga Champions.
Harapan untuk mendapatkan pemain baru pada Januari mendatang semakin tipis dengan kegagalan ini, sementara harapan klub untuk menemukan €1,5 miliar dalam pembiayaan untuk proyek Espai Barca mereka juga mungkin berantakan.
Xavi menyeringai di pinggir lapangan menghadapi pertunjukan kekuatan Bayern, meskipun ia selalu positif terkait masa depan klub.
Kekalahan 3-0 melawan Bayern dan dari Benfica pada laga sebelumnya cuma menyisakan kesulitan bagi Barcelona, salah satunya cedera yang dialami sejumlah pemain.
Namun, ketika Ousmane Dembele membuka peluang pada babak pertama, mustahil untuk tidak memikirkan keputusan klub yang lebih memilihnya ketimbang Kylian Mbappe pada 2017, ketika mereka dibanjiri uang tunai hasil dari penjualan Neymar ke Paris Saint-Germain.
Mbappe, yang tampil kinclong bersama PSG sehari sebelumnya, kemungkinan bergabung dengan Real Madrid pada musim panas ini ketika kontraknya di PSG berakhir dan itu semakin menggosok luka Barcelona.
Rekor transfer Philippe Coutinho turun dari bangku cadangan pada paruh kedua, tapi tidak berpengaruh banyak. Bahkan, kontribusinya lebih banyak untuk menghancurkan Barca saat dipinjamkan ke Bayern, dua kali ia mencetak gol dalam kekalahan memalukan Blaugrana dengan skor 8-2 di Lisbon pada 2020.
Barca telah kehilangan pemain terhebat mereka, Lionel Messi, karena masalah keuangan. Sementara Luis Suarez dan Antoine Griezmann dipaksa keluar karena alasan yang sama. Ketiganya akan berada pada babak 16 besar dan mungkin menonton televisi mereka pada malam Jumat untuk melihat bagaimana kiprah rekan lama mereka di kompetisi kasta kedua Eropa.
Beberapa dari mereka mungkin tidak bertahan lebih lama. Xavi antusias dalam kesempatan untuk melatih beberapa mantan rekan satu timnya, termasuk Pique dan Jordi Alba, tapi keduanya menderita di Munich. Nama pertama gagal mengunci Robert Lewandowski untuk gol pertama, sementara nama terakhir ditarik keluar karena cedera, masalah konstan untuk sang bek kiri akhir-akhir ini.
Clement Lenglet dan Oscar Mingueza tidak mampu menahan Muller menanduk bola, keduanya tidak cukup bagus untuk bersaing di level ini.
Marc-Andre ter Stegen harus disalahkan untuk gol kedua. Tembakan jarak jauh Leroy Sane gagal diantisipasi. Performa kiper asal Jerman itu merosot sejak puncak penampilan pada 2017.
Sergino Dest tampak tersesat di sayap kanan dan mudah terpancing pada babak pertama, dengan menyisakan Ronald Araujo sebagai bek yang bisa diandalkan.
Pemain Uruguay itu tampil mengesankan bahkan ketika orang-orang di sekitarnya tampil jelek, tapi membangun kembali pertahanan akan membutuhkan waktu. Sementara di lini serang, seperti yang terjadi pada era pasca-Messi, ompong.
Sementara para bek bisa dilatih untuk bermain dengan gaya Barcelona, meski La Masia tidak pernah menghasilkan penyerang berkualitas secara reguler. Barcelona lebih suka mencari di tempat lain, mendatangkan pemain-pemain seperti Neymar, Suarez, Samuel Eto'o, Ronaldinho, dan lainnya. Rasanya mereka tidak dapat merekrut pemain pada level itu di masa mendatang.
Yang positif untuk dipertahankan adalah perkembangan gelandang muda mereka, Gavi, Pedri dan Nico Gonzalez, meskipun beberapa raksasa Eropa bisa saja menguji tekad Barcelona dengan tawaran di musim panas - tim yang mungkin lebih menarik daripada Barca barangkali bikin beberapa pemain bisa tergoda.
Datang dari performa puncak dengan memenangkan dua trigelar hingga kini turun ke Liga Europa, kemunduran Barcelona terjadi dengan cepat, menyakitkan, dan memalukan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment