Thursday, March 11, 2021

Barcelona Tersingkir Dengan Kepala Tegak, Maukah Lionel Messi Bertahan?


 berita bola - Messi mencetak gol super lawan PSG dan Barcelona menunjukan peningkatan performa, tapi itu semua masih belum cukup untuk memicu remontada.

Ya, itu adalah gol yang brillian dan barangkali mengurangi kepahitan Lionel Messi setelah lagi-lagi tersingkir dari Liga Champions bersama Barcelona.

Namun, momen tersebut bisa menjadi kontribusi terakhir Messi untuk Barca di kompetisi elite Eropa ini.

Penyerang Argentina itu melepaskan tendangan roket ke arah Keylor Navas dari luar kotak penalti. Bola melayang kencang di udara, lalu mendadak melengkung ke kiri, sebelum bersarang di pojok kiri atas gawang.

Hanya jenis gol seperti itulah yang mampu menaklukkan Navas. Kiper asal Kosta Rika itu seperti terasuki spirit Real Madrid untuk menampilkan performa man of the match. Peluang demi peluang Barcelona mentah dan remontada jilid II pun sirna.

Kisah Barcelona melawan kemustahilan itu sebetulnya bisa saja terjadi lagi ketika Messi mendapat penalti jelang turun minum dan berpotensi membawa Barca berbalik unggul. Sayang, Navas menepis tendangannya.

Sepanjang babak pertama, Barcelona mengepung pertahanan PSG dan seharusnya punya peluang yang cukup untuk mengatasi defisit 4-1. Pada akhirnya, mereka hanya bisa bermain imbang 1-1 di Parc des Princes, Kamis (11/3) dini hari WIB.

Ousmane Dembele melewatkan banyak kans emas. Jika penyelesaian akhirnya lebih baik, barangkali Barca bisa unggul lebih dulu dan niscaya mengubah alur permainan. Justru PSG yang memecah kebuntuan lewat Kylian Mbappe meski mereka dalam kondisi tertekan.

Mbappe sendiri tidak sanggup mereplikasi performa bintang limanya seperti di Camp Nou dua pekan lalu. Kali ini, ia hanya sanggup membuat satu gol penalti yang patut dipertanyakan.

Clement Lenglet, yang dikenal ceroboh di musim ini, kembali membuat kesalahan. Ia secara tidak sengaja menginjak tumit Mauro Icardi. Ceroboh? Tentu saja. Namun apakah layak diganjar penalti? Wasit Anthony Taylor adalah satu dari sedikit orang yang sepakat dengan itu.

Wasit asal Inggris itu kemudian mengabaikan penalti potensial Barcelona di sisi lapangan lain. Padahal, Navas tampak jelas menubrukkan badannya ke Sergino Dest sebelum mengambil bola.

Messi kemudian menyamakan skor lewat gol supernya di menit ke-37. Itu adalah gol ke-19 Messi dari luar kotak penalti di Liga Champions, tinggal terpaut satu gol dari nemesisnya, Cristiano Ronaldo, dengan 20 gol. Brutal dan bertenaga, gol Messi semalam menariknya adalah tipikal gol Ronaldo.

Namun, ketika Messi gagal menjadi algojo penalti, setelah pelanggaran Layvin Kurzawa terhadap Antoine Griezmann, kepercayaan diri Barca untuk mengejar kemustahilan langsung memudar.

Griezmann sendiri menjadi titik lemah di lini depan Barcelona lantaran tak sekali pun mengancam gawang Navas. Dembele memang layak disentil karena penyelesaian akhirnya yang buruk, tapi "menghilangnya" Griezmann di Paris terasa lebih merusak buat Barca.

Jika Messi jadi pergi di musim panas ini, Griezmann mungkin akan diuntungkan. Namun, tanyakan hal ini kepada setiap suporter Barcelona mana pun dan mereka pasti akan lebih suka melihat Griezmann tersungkur seperti ini asalkan Messi bertahan.

Penalti gagal membuat Barca kehilangan momentum. Meski tetap mengontrol permainan di babak kedua, mereka tetap tidak sanggup mengacaukan pertahanan PSG selagi Navas terus membuat penyelamatan bagus.

Barcelona mencetak tiga gol dalam tempo sembilan menit ke gawang PSG dalam comeback 6-1 yang termasyhur itu. Namun, tanpa Luis Suarez dan Neymar, Blaugrana tak punya amunisi mumpuni untuk membuat PSG kolaps seperti empat tahun lalu.

Ilaix Moriba dan Trincao masuk di akhir pertandingan. Keduanya, bersama dengan Frenkie de Jong, Pedri, Dembele, Oscar Mingueza, Marc-Andre ter Stegen, dan Ansu Fati akan membentuk generasi baru Barcelona.

Apakah Messi akan bergabung dengan mereka, masih menjadi pertanyaan. Hal yang sama berlaku untuk pemain senior lain seperti Griezmann, Miralem Pjanic, dan Samuel Umtiti.

Ini adalah sebuah tim yang sedang dalam revolusi hebat, dan terus mengalami peningkatan pekan demi pekan. Performa Barcelona di Paris terbukti lebih baik ketimbang saat di Camp Nou, sekalipun mereka gagal mengatasi defisit.

Ronald Koeman juga telah mengubah sistem bermain. Memakai formasi 3-4-3, Barca mampu menahan agresivitas PSG, termasuk mengunci pergerakan Mbappe. Koeman sendiri juga terus berkembang sebagai pelatih untuk sang presiden baru, Joan Laporta, terkesan.

Tidak seperti saat menghadapi AS Roma, Liverpool, dan Bayern Munich di musim-musim sebelumnya, kali ini Barcelona mampu memberikan perlawanan.

Apakah itu semua cukup untuk membuat Messi bertahan? Selepas peluit panjang, Messi cepat-cepat masuk ke ruang ganti, mengindikasikan bahwa ia tidak mau mengumbar kesedihannya ke publik

Dia akan berpikir keras tentang itu semua selama beberapa minggu dan bulan mendatang. Keputusannya akan menentukan masa depan Barcelona.

No comments:

Post a Comment