Wednesday, May 25, 2022

Jose Mourinho = Magnet Trofi: Tak Sekadar Teori Jaminan Juara, Rugi Yang Pernah Pecat Dia!


 berita bola - Suka tidak suka, dia memang The Special One. Kuncinya hanya satu: sabar bersamanya, maka trofi akan datang.

Tangis haru Jose Mourinho seketika pecah ketika peluit panjang pertandingan antara AS Roma dan Feyenoord berbunyi. Sekali lagi, pria Portugal itu berhasil memenangkan laga final Eropa yang dilakoninya.

Mourinho larut dalam perayaan, sembari mengangkat tangan, memperlihatkan gesture 'salam lima jari'. Bukan maksud sombong, tapi itu seperti ungkapan syukur setelah dirinya memenangkan trofi kelima di kancah mayor Eropa.

Salam lima jari Mourinho bukan salam lima jari biasa. Rupanya, sang juru taktik sukses menyapu bersih seluruh lima laga final Eropa yang pernah dijalaninya dengan torehan juara.

Pertama kali Mourinho mengangkat trofi Eropa ketika dia menukangi Porto. Dia berhasil mempersembahkan Piala UEFA [format lawas Liga Europa] pada 2003 sebelum setahun kemudian dia 'naik kelas' dengan membawa raksasa Portugal itu membuat kejutan fantastis dengan keluar sebagai juara Liga Champions.

2010 silam, seluruh fans Inter Milan tak akan pernah melupakan supremasi yang digapai klub kesayangan mereka bersama Mourinho dengan memenangkan treble winners historis, tentunya termasuk Liga Champions.

Tujuh tahun kemudian, Mourinho menjalani final Eropa keempatnya ketika mengantar Manchester United naik ke podium juara Liga Europa sebelum akhirnya malam ini, dia melakoni final kelimanya di kompetisi Benua Biru bersama Roma dan berujung juara Liga Konferensi Europa.

Bagi seluruh loyalis Giallorossi, torehan ini lebih dari kata bermakna. Selain mereka mengukir sejarah sebagai tim pertama yang menjuarai edisi perdana Liga Konferensi Europa, Roma juga akhirnya pecah telur di kompetisi Eropa.

Terakhir kali mereka juara Eropa 61 tahun silam, dan trofi terakhir yang masuk kabinet klub pada 14 tahun lalu. hari ini penantian panjang itu terbayar lunas.

Ragam pelatih telah menemani perjalanan panjang Roma untuk menunggu momen perayaan juara yang tak kunjung datang, tetapi hari ini Mourinho lah sosok penjamin juara itu. Ya, magis dia sebagai pelatih spesialis juara -- bukan runner-up -- benar-benar nyata adanya.

Ini memang 'cuma' trofi kompetisi kasta ketiga Eropa, nilai prestisenya jelas di bawah Liga Europa dan Liga Champions. Namun, bukan itu kritikal poinnya. Yang disorot adalah bagaimana Mourinho menanamkan mentalitas juara terhadap timnya, bagaimana dia membangun tim yang bermain layaknya tim juara.

Sebab, kunci sukses bersama Mourinho simpel: sabar, nurut dengan instruksinya, maka trofi akan datang. Ini bukan sekadar teori, apalagi hipotesis. Tapi ini adalah bukti sahih, karena kebanyakan tim yang ditanganinya benar-benar sudah merasakan gelar juara di bawah komandonya.

Barangkali, Man United cukup merasakan penyesalan telah mendepak Mourinho. Pasalnya, pria 59 tahun itu jadi manajer terakhir yang berhasil mempersembahkan trofi untuk Setan Merah pada 2017, yakni 'Mickey Mouse treble' [Community Shield, Piala Liga Inggris dan Liga Europa]. Setelah itu, Man United hampar gelar sampai hari ini.

Tottenham Hotspur lebih telak lagi. Ketidaksabaran mereka dengan Mourinho begitu kentara. Padahal, ada siklus bahwa Mourinho biasanya memenangkan trofi juara bersama tim yang ditanganinya di musim kedua, sementara Spurs memecatnya sebelum tahun keduanya di klub itu rampung.

Ironisnya, Mourinho dipecat Spurs setelah membawa klub itu melaju ke final Piala Liga Inggris 2021. Bisa ditebak, andai Mourinho tidak buru-buru dilengserkan, bisa saja Spurs memutus tandus trofi mereka sejak 2008 dengan mengalahkan Manchester City.

"Sepakbola adalah tentang juara dan Mourinho juara," tutur mantan gelandang Man United Owen Hargreaves kepada BT Sport.

"Dia adalah seorang pemenang serial dan dia telah menghidupkan tim Roma ini," seru Hargreaves.

Mourinho telah menginstal spirit dan kebersamaan yang selama ini hilang dari tim Roma. Berangkat dari pengalaman juaranya di berbagai klub, Mourinho paham betul, doktrin apa yang perlu diberikan kepada anak-anak didiknya untuk bangkit dan ngotot mengejar gelar juara.

Semua tentang membangun identitas, dan identitas Roma di tangan Mourinho kembali menonjol.

"Roma telah melalui bersama banyak manajer, kehilangan arah dan identitas, Jose dicintai di kota ini, namun ada jalan yang harus ditempuh," jelas Joe Cole, eks anak didik Mourinho di Chelsea, kepada BT Sport.

"Sepakbola adalah agama dan mereka akan merasa seperti pahlawan dan dikenang, namun ini adalah awal dari perjalanan. Jose akan kembali ke kantor, merencanakan apakah mereka bisa menggebrak Liga Europa dan mendekat ke gelar-gelar juara [lainnya]," tandasnya.

Total, Mourinho telah mengumpulkan 26 trofi dalam petualangan hebat karier manajerialnya dengan ditandai gelar juara terbaru Liga Konferensi Europa bersama Roma, 19 tahun setelah dia memenangkan piala Eropa pertamanya bersama Porto.

Roma hanyalah sebuah kapal, siapa pun bisa menjadi nahkoda. Namun, apa pun kapalnya, selama sang nahkoda adalah Mourinho, maka kapal itu akan berlayar ke dermaga juara.

No comments:

Post a Comment