Tuesday, September 21, 2021

Jangan Ada Dusta Di Antara Juventus & Cristiano Ronaldo


 berita bola - Lanskap dua nasib berbeda, tapi akan selalu dikait-kaitkan: Juventus merana di zona degradasi, sementara Ronaldo menikmati bulan madu di Man United.

Beberapa jam setelah Cristiano Ronaldo mencetak gol keempatnya bagi Manchester United, mantan klub sang megabintang, Juventus, melanjutkan performa memble mereka di tahapan awal Serie A Italia musim ini.

Ada atau tidak ada kaitannya antara kepergian Ronaldo dan kondisi Juventus saat ini, publik akan selalu menghubungkan apa yang melanda Si Nyonya Tua di musim baru tidak lepas dari absensi superstar Portugal itu di skuad.

Massimiliano Allegri tampak bersikap naif sesaat setelah Bianconeri membuka kampanye Serie A 2021/22 dengan hasil kurang memuaskan, ditahan Udinese 2-2. Dia menyatakan, timnya sebetulnya sudah tak lagi butuh Ronaldo.

"Saya tidak kecewa dengan Cristiano Ronaldo [hengkang ke Man United]. Saya tidak terkejut, ini adalah hidup. Ada bursa transfer dan itu masuk akal," kata pelatih yang pernah menangani AC Milan itu dikutip dari Sky Sports Italia.

Sebagian fans Juventus pun mengamini pernyataan Allegri bahwa Ronaldo tak lebih besar dari klub, dan kepergiannya diyakini tidak akan memberi impak berarti terhadap performa klub kesayangan mereka.

Apa lacur, fakta yang terpampang justru sebaliknya. Pasca-era Ronaldo, Juventus belum sekalipun merasakan kemenangan dari empat pertandingan pertama Serie A. Terasa menyesakkan karena hal ini mencoreng mereka dari sisi histori: untuk pertama kalinya dalam sejarah Juve gagal mendulang kemenangan di empat laga awal liga.

Parahnya, gara-gara rentetan buruk ini, Juventus yang dalam sepuluh tahun terakhir begitu digdaya menguasai panggung sepakbola Italia, kini duduk di zona degradasi.

Setelah di pekan pembuka ditahan Udinese 2-2, Si Nyonya Tua dipecundangi Empoli 1-0 di markas sendiri sebelum dihajar Napoli 2-1. Terbaru, Juve harus puas diiimbangi AC Milan 1-1.

Di saat bersamaan, menjadi ironi bagi para loyalis Juve karena sang mantan belum berhenti berbulan madu dengan klub yang membesarkan namanya, Man United, dengan dirinya yang terus mengepak gol demi gol.

Teraktual, sebiji gol Ronaldo ke gawang West Ham United melengkapi sepasang golnya ke jala Newcastle United di laga debut kedua dan satu gol saat bentrok dengan Young Boys di Liga Champions.

Media sosial ramai menyindir para loyalis Juve selepas ditahan seri Milan. Netizens membawa-bawa nama Ronaldo atas kegetiran yang melanda Juve sejauh ini.

Salah satu yang paling banyak dicuit kurang lebih berbunyi: "Mereka bilang, Juventus tak butuh Ronaldo."

Alih-alih menjadikan Moise Kean sebagai penutup lubang yang ditinggalkan Ronaldo, nyatanya pemain muda Italia itu belum bisa berbuat banyak. Anak muda satu ini memang potensinya diakui di sepakbola Eropa. Tapi untuk bicara masalah mentalitas juara, jelas dia bagai langit dan bumi jika dikomparasi dengan CR7.

Setelah peluit panjang ditiup wasit di Allianz Stadium, menandai akhir laga kontra Milan, Allegri tertangkap kamera sedang mencak-mencak terhadap para pemain Juve sembari bergegas ke ruang ganti. Barangkali ekspresi hati kecilnya berkata 'Kenapa saya membiarkan Ronaldo pergi, padahal kami masih membutuhkannya'.

Ronaldo tentu tak bisa dihapus dari sejarah Juventus. Meski periodenya terbilang singkat, hanya mengabdi tiga tahun, tapi kontribusi sang superstar tak main-main.

Didatangkan dari Real Madrid saat usianya menginjak 33 tahun dengan banderol harga fantastis, 112 juta euro, Ronaldo langsung menjawab ekspektasi fans dengan mempersembahkan Scudetto di musim debutnya pada edisi 2018/19. Setahun berselang, dia mengulangi pencapaian serupa.

Urusan jebol-menjebol gawang, tak perlu dipertanyakan lagi. Bukan Ronaldo namanya jika tidak mencetak minimal 20 gol lebih dalam semusim. Benar, kapten Portugal itu merupakan mesin gol utama Bianconeri.

Di edisi 2020/21, yang merupakan musim terakhirnya di Turin, dia menutupnya dengan menjadi Capocannoniere dengan torehan 29 gol.

Sekali lagi, Allegri dan Juve terlalu naif untuk membiarkan Ronaldo pergi, terlebih dedikasi pemain 36 tahun itu selama tiga musim di Allianz Stadium telah menjadi sejarah tersendiri bagi La Vecchia Signora.

Apapun alasan kepergian Ronaldo, entah karena adanya friksi di ruang ganti yang tak terungkap, disharmoni dengan direksi klub atau semata karena keputusan personal, dalam konteks ini, Juve jelas gagal mempertahankan pemain yang sebetulnya masih mereka butuhkan.

Musim lalu, dinasti Juve selama sembilan musim berturut-turut runtuh di kaki Inter Milan. Aman dikatakan, itu terjadi karena klub mengalami perombakan di sisi manajerial -- masuknya pelatih nirpengalaman Andrea Pirlo.

Namun, kini Allegri dalam periode keduanya di Turin dibebani PR besar untuk membangun kembali kerajaan Juve yang telah dibangun dengan kokoh selama hampir satu dekade.

Menariknya, Scudetto terakhir yang diberikan Allegri untuk Juve di edisi 2018/19 -- melengkapi prestasi empat Scudetto sebelumnya -- merupakan musim di mana Ronaldo melakoni debut untuk Bianconeri.

Masih terlalu pagi memang menjustifikasi performa Juve di kampanye 2021/22, namun akan tetap tercium aroma dusta jika mereka mengklaim benar-benar sudah tidak lagi membutuhkan jasa Ronaldo.

No comments:

Post a Comment